Senin, 21 Oktober 2013

ENDOMETRITIS DAN PERITONITIS

A.      Endometritis

1.         Pengertian
a.       Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan (Ben-zion Tuber, 1994).
b.      Endometritis adalah infeksi pada endometrium atau yang disebut lapisan dalam dari rahim. ( Prof.dr.Ida Bagus,  ).
c.       Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I.B. G., 1998).- Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan.
d.      Endometritis adalah infeksi atau desidua endometrium, dengan ekstensi ke miometrium dan jaringan parametrial. Endometritis dibagi menjadi kebidanan dan nonobstetric endometritis. Penyakit radang panggul (PID) adalah sebuah Common nonobstetric pendahulunya dalam populasi.
e.       Endometritis dapat juga terjadi karena kelanjutan dari kelahiran yang tidak normal, seperti abortus, retensi sekundinarum, kelahiran premature, kelahiran kembar, keahiran yang sukar (distokia), perlukaan yang disebabkan oleh alat-alat yang dipergunakan untuk pertolongan pada kelahiran yang sukar.
2.         Tipe Endometritis
a.       Endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan)
b.      Endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak)
c.       Endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis.)

3.         Etiologi
Macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
a.       Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
b.      Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
c.       Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometrium.Kuman inimerupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
d.      Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama.Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan.

Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah:
a.       Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
b.      Pecahnya ketuban berlangsung lama.
c.       Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
d.      Teknik aseptik tidak dipatuhi.
e.       Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
f.       Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
g.      Kelahiran secara bedah.
h.      Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
Miroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp., dan trikomoniasis foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri  oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes,  Eschericia coli  dan Fusobacterium necrophorum .Endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi , kelahiran kembar , serta kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan.
4.         Faktor Predisposisi
a.       Aborsi
b.      Kelahiran kembar
c.       Kerusakan jalan lahir
d.      Kelanjutan retensio plasenta yang mengakibatkan involusi pasca persalinan menjadi menurun
e.       Adanya korpus luteun persisten.
f.       Persalinan Pervaginam
Jika dibandingkan dengan persalinan perabdominan/sc, maka timbulnya endometritis pada tersalinan pervaginam relatif jarang.Bila persalinan pervaginam disertai penyulit yaitu pada ketuban pecah prematur yang lama, partus yang lama dan pemeriksaan dalam berulang, maka kejadian endometritis akan meningkat sampai mendekati 6%. Bila terjadi korioamniotis intrapartum, maka kejadian endometritis akan lebih tinggi yaitu mencapai 13%.
g.      Persalinan SC
SC merupakan faktor predisposisi utama timbulnya endometritis dan erat kaitannya dengan status sosial ekonomi penderita. Faktor resiko penting untuk timbulnya infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang dan pemakaian alat monitoring janin internal. Karena adanya faktor resiko tersebut america college of obsetricians andgynekologists menganjurkan pemberian antibiotika profilaksis pada tindakan secsio caesarea.
5.         Tanda dan Gejala Endometritis
Tanda dan gejala endometritis antara lain :                            
a.       Peningkatan demam secara persisten hingga 40 derajat celcius. Tergantung pada keparahan infeksi.
b.      Takikardia
c.       Menggigil dengan infeksi berat
d.      Nyeri tekan uteri menyebar secara lateral
e.       Nyeri panggul dengan pemeriksaan bimanual
f.       Subinvolusi
g.      Lokhia sedikit, tidak berbau atau berbau tidak sedap, lokhia seropurulenta
h.      Hitung sel darah putih mungkin meningkat di luar leukositisis puerperium fisiologis
i.        Perdarahan pervaginam
j.        Shock sepsis maupun hemoragik
k.      Abdomen distensi atau pembengkakan.
l.        Abnormal pendarahan vagina
m.    Discomfort dengan buang air besar (sembelit mungkin terjadi)
n.      Terjadi  ketidaknyamanan, kegelisahan, atau perasaan sakit (malaise)


6.         Klasifikasi Endometritis
Menurut Wiknjosastro (2002),
a.       Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial.Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya.Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya.Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid.Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
1)      Demam
2)      Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang keluar lochea yang purulent.
3)      Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
4)      Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak nyeri.
Penatalaksanaan :
1)      Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Terapi :
1)      Uterotonika.
2)      Istirahat, letak fowler.
3)      Antibiotika.
4)      Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi estrogen.
b.      Endometritis kronika
Radang ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi pada wanita yang masih menstruasi. Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang tidak terbuang pada waktu menstruasi. Endometritis kronik primaria dapat terjadi sesudah menopauase, dimana radang tetap tinggal dan meluas sampai ke bagian endometrium lain. Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-sel plasma pada stroma.Penyebab yang paling umum adalah Penyakit Radang Panggul (PID), TBC, dan klamidia. Pasien yang menderita endometritis kronis sebelumnya mereka telah memiliki riwayat kanker leher rahim atau kanker  endrometrium. Gejala endometritis kronis berupa noda darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian bawah, leukorea serta kelainan haid seperti menorhagia dan metrorhagia.Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Endometritis kronis ditemukan:
a.        Pada tuberkulosis.
b.        Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c.        Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d.       Pada polip uterus dengan infeksi.
e.        Pada tumor ganas uterus.
f.         Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasus-kasus TB genital.Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang menahun.
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta.
Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
a.        Flour albus yang keluar dari ostium.
b.        Kelainan haid seperti metrorrhagi dan menorrhagi.
Terapi :
a.        Perlu dilakukan kuretase.
Patogenesis
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau penanganan kelahiran yang kurang higienis, sehingga banyak bakteri yang masuk, seperti bakteri non spesifik (E. coli, Staphilylococcus, Streptococcus dan Salmonella), maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetus dan Trichomonas foetus).
Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada tempat implantasi plesenta, desidua, dan miometrium yang berdekatan.bakteri yang berkoloni  diserviks akan dan vagina akan menginvasi tempat implantasi plasenta saat itu biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter kurang lebih 4  cm dengan permukaan luka berbenjol–benjol  karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman patogen
Infeksi uterus pasca operasi sesar umumnya akibat infeksi pada luka operasi selain infeksi yang terjadi pada tempat implantasi plasenta.
7.         Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokhea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali, lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan tidak berbau.
Gambaran klinik dari endometritis:
1.        Nyeri abdomen bagian bawah.
2.        Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3.        Kadang terjadi pendarahan.
4.        Dapat terjadi penyebaran :
a.        Miometritis
b.        Parametritis
c.        Salpingitis
d.       Ooforitis
e.        Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses. (Manuaba, I. B. G., 1998)
Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi:
1.        Takikardi 100-140 bpm.
2.        Suhu 30 – 40 celcius.
3.        Menggigil.
4.        Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral.
5.        Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
6.        Sub involusi.
7.        Distensi abdomen.
8.        Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung darah seropurulen.
9.        Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
10.    Jumlah sel darah putih meningkat
8.         Komplikasi
Komplikasi yang potensial dari endometritis adalah sebagai berikut:
a.       Luka infeksi. Infeksi luka biasanya terjadi pada hari kelima pasca operasi sebagai demam menetap meskipun pasien mendapat terapi antimikroba yang adekuat. Biasanya dijumpai eritema, indurasi, dan drainase insisi
b.      Karena peritonitis. Peritonitis pasca sesar mirip dengan peritonitis bedah, kecuali rigiditas abdomen biasanya tidak terlalu mencolok karena peregangan abdomen yang berkaitan dengan kehamilan. Nyeri mungkin hebat. Jika infeksi berawal di uterus dan meluas hanya ke peritonium di dekatnya (peritonitis panggul),terapi biasanya medis. Sebaliknya peritonitis abdomen generalisata akibat cedera usus  atau nekrosis insisi uterus, sebaiknya diterapi secara bedah .
c.       Parametrial phlegmon. Pada sebagian wanita yang mengalami metritis setelah sesar , terjadi selulitis parametrium yang intensif. Hal ini menyebabkan terbentuknya daerah indursi yang disebut flegmon, di dalam lembar-lembar ligamentum latum (parametria)atau dibawah lipatan kandung kemih yang berada di atas insisi uterus. Selulitis ini umumnya unilateral dan dapat meluas ke lateral ke dinding samping panggul. Infeksi ini harus dipertimbangkan jika demam menetap setelah 72 jam meskipun pasien sudah mendapat terapi untuk endomiometritis pasca sesar.
d.      Panggul abses. Flegmon parametrium dapat mengalami supurasi, membentuk abses ligamentum latum yang fluktuatif. Jika abses ini pecah, dapat timbul peritonitis yang mengancam nyawa. Dapat dilakukan drainase abses dengan menggunakan tuntunan computed tomography, kolpotami, atau  melalui abdomen, bergantung pada lokasi abses.
e.       Abses subfasia dan Terbukanya jaringan parut uterus. Kompilkasi serius endometritis pada wanita yang melahirkan sesar adalah terbukanya insisi akibat infeksi nekrosis disertai perluasan ke dalam ruang subfasia di sekitar dan akhirnya pemisahan insisi fasia . Hal ini bermanifestasi sebagai drainase subfasia pada wanita dengan demam lama. Di perlukan eksplorasi bedah dan pengangkatan uterus yang terinfeksi.
f.       Septik panggul thrombophlebitis. Di dahului oleh infeksi bakteri di tempat implantasi plasenta atau insisi uterus. Infeksi dapat meluas di sepanjang rute vena dan mungkin mengenai vena-vena di ovarium.
9.         Penatalaksanaan
a.       Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terapi. Evaluasi klinis dari organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
b.      Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai.
c.       Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post partum.
d.      Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
e.       Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati. Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia telah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal)

B.       Peritonitis

1.      Pengertian
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum).  Peradangan ini merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi pascaoperasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen (Way. L, 1998). Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri secara inokulasi (ringan). Kontaminasi yang terus menerus oleh bakteri yang virulen, penurunan resistensi, dan adanya benda asing atau enzim pencernaan aktif merupakan faktor-faktor yang memudahkan terjadinya peritonitis (Schrock, 2000).
2.      Penyebab Peritonitis
Peritonitis biasanya disebabkan oleh :
1.      Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
2.      Setelah suatu pembedahan.
3.      Iritasi tanpa infeksi.
4.      Perforasi gaster/ ulkus peptikum
5.      Lifestyle (pola makan, stress dan merokok)
Perforasi gastrointestinal adalah penyebab umum dari akut abdomen. Penyebab perforasi gastrointestinal adalah : ulkus peptik, inflamasi divertikulum kolon sigmoid, kerusakan akibat trauma, perubahan pada kasus penyakit Crohn, kolitis ulserasi, dan tumor ganas di sistem gastrointestinal. Perforasi paling sering adalah akibat ulkus peptik lambung dan duodenum.Perforasi dapat terjadi di rongga abdomen (perforatio libera) atau adesi kantung buatan (perforatio tecta).
3.      Etiologi Penyakit Peritonitis
a.       Akibat volvulus gaster karena overdistensi dan iskemia
b.      Spontan pasa bayi baru lahir yang terimplikasi syok dan stress ulcer
c.       Ingesti aspirin, anti inflamasi non steroid, dan steroid  terutama pada pasien usia lanjut.
d.      Adanya faktor predisposisi termasuk ulkus peptic
e.       Perforasi oleh malignansi intraabdomen atau limfoma
f.       Benda asing (misalnya jarum pentul) dapat menyebabkan perforasi esofagus, gaster, atau usus dengan infeksi intraabdomen, peritonitis, dan sepsis (Pieter, 2004)
g.      Obat-obatan, merokok dan pola makan yang tidak sehat
Penelitian di RS Hasan Sadikin Bandung sejak akhir tahun 2006 terhadap 38 kasus perforasi gaster, 32 orang di antaranya adalah pengonsumsi jamu (84,2 persen) dan dari jumlah itu, sebanyak 18 orang mengonsumsi jamu lebih dari 1 tahun (56,25 persen). Pasien yang paling lama mengonsumsi jamu adalah sekitar 5 tahun.Frekuensi tersering mengonsumsi jamu adalah seminggu tiga kali.Namun jamu yang mereka konsumsi adalah jamu plus obat kimia atau yang sering dikenal dengan jamu oplosan.Dari uji laboratorium, ternyata jamu tersebut mengandung bahan kimia.Sebagian besar zat kimia tersebut merupakan golongan obat yang bersifat antiperadangan dan antinyeri (anti-inflamasi) nonsteroid (NSAID) di antaranya fenilbutazon, antalgin, dan natrium diclofenac, serta golongan obat anti-inflamasi steroid di antaranya deksametosan dan prednisone (Hermana, 2007). Minuman bersoda, makanan yang berbumbu tajam, merokok dan stress secara fisiologis juga dapat meningkatkan produksi asam lambung yang dapat memperparah terjadinya borok pada peritonitis.
4.      Patofisiologi
Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan mikroorganisme lain karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi. Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal memiliki fungsi gaster normal dan tidak berada dalam resiko kontaminasi bakteri setelah perforasi gaster.Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalah gaster beresiko terhadap kontaminasi peritoneal dengan perforasi gaster.Kebocoran cairan asam lambung ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang dalam.Jika kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mencapai rongga peritoneal, peritonitis kimia bertahap menjadi peritonitis bakterial.Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi akut.Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi, membentuk flegmon. Hipoksia yang diakibatkan di area memfasilitasi pertumbuhan bakteri anaerob dan menyebabkan pelemahan aktivitas bakterisid dari granulosit, yang mengarah pada peningkatan aktivitas fagosit granulosit, degradasi sel, hipertonisitas cairan membentuk abses, efek osmotik, mengalirnya lebih banyak cairan ke area abses, dan pembesaran abses abdomen. Jika tidak diterapi, bakteremia, sepsis general, kegagalan multi organ, dan syok dapat terjadi.
5.      Tanda dan Gejala
Perforasi gaster akan menyebabkan peritonitis akut. Penderita yang mengalami perforasi akan tampak kesakitan hebat, seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak, terutama dirasakan di daerah epigastrium karena rangsang peritoneum oleh asam lambung, empedu atau enzim pankreas. Cairan lambung akan mengalir ke kelok parakolika kanan, menimbulkan nyeri perut kanan bawah, kemudian menyebar ke seluruh perut menimbulkan nyeri seluruh perut. Pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, fase ini disebut fase peritonitis kimia.Adanya nyeri di bahu menunjukkan adanya rangsangan peritoneum di permukaan bawah diafragma. Reaksi peritoneum berupa pengenceran zat asam yang merangsang itu akan mengurangi keluhan untuk sementara sampai kemudian terjadi peritonitis bakteria. Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri tekan dan defans muskuler. Pekak hati bisa hilang karena adanya udara bebas di bawah diafragma.Peristaltis usus menurun sampai menghilang akibat kelumpuhan sementara usus. Bila telah terjadi peritonitis bakteria, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi, dan penderita tampak letargik karena syok toksik. Rangsangan peritoneum menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran peritoneum dengan peritoneum. Nyeri subjektif dirasakan waktu penderita bergerak, seperti berjalan, bernapas, menggerakkan badan, batuk, dan mengejan.
6.      Penatalaksanaan
Penderita yang lambungnya mengalami perforasi harus diperbaiki keadaan umumnya sebelum operasi. Pemberian cairan dan koreksi elektrolit, pemasangan pipa nasogastrik, dan pemberian antibiotik mutlak diberikan. Jika gejala dan tanda-tanda peritonitis umum tidak ada, kebijakan nonoperatif mungkin digunakan dengan terapi antibiotik langsung terhadap bakteri gram-negatif dan anaerob.

BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masanifas berlangsung selama kira-kira enam minggu (Buku Acuan NasionalPelayanan Kesehatan Maternal dan Ne'bnatal, 2001:122).
Infeksi masa nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Demam nifas atau morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. Menurut Joint Committee on Maternal Welfare, morbiditas puerperalis ialah kenaikan suhu sampai 380 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama postpartum, dengan mengecualikan hari pertama.
Jenis infeksi yang paling sering ialah endometritis. Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. Kuman-kuman memasuki endometrium, biasanya pada luka bekas Insersio plasenta, dan dalam waktu singkat mengikutsertakan seluruh endometrium.
Endometritis ini terjadi karena karena kurangnya kesadaran ibu nifas dalam hal personal  higiene dan merawat luka perineum. Padahal infeksi ini dalam jangka pendek dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan dan dalam jangka panjang menggannggu sistem reproduksi karena perubahan saluran reproduksi. Pengobatan dan penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam kasus endometritis.
1.      Peritonitis
a.       Pengertian
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput tipis yang melapisi dinding abdomen dan meliputi organ-organ dalam. Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika.
b.      Gambaran klinis
Peritonitis umum adalah berbahaya bila disebabkan oleh kuman yang patogen. Perut kembung, meteorismus dan dapat terjadi paralitik ileus. Suhu badan tinggi, nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat, muka cekung, kulit dingin, mata cekung yang disebut muka hipokrates. Diagnosa dibantu dengn pemeriksaan laboratorium,perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire.
c.       Pengobatan
Peritonitis berpotensi mengancam kehidupan. Penderita disarankan mendapat perawatan di rumah sakit. Penderita memerlukan pembedahan untuk menghilangkan sumber infeksi, seperti radang usus buntu, atau untuk memperbaiki robekan pada dinding gastrointestinal atau saluran bilier. Diberikan juga antibiotik, O2, cairan infus.
Hampir semua penyebab peritonitis memerlukan tindakan pembedahan (laparotomi eksplorasi).

B.       Saran

Adapun saran yang kiranya dapat anda kemukakan sebagai bahan untuk lebih meningkatkan efektifitas dan sempurnanya makalh ini. Tentu saja masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
  
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, A. 2002. Buku Panduan PraktisPelayananKesehatanMaternal danNeonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Harjo
Wikjosastro. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

http://id.wikipedia.org/wiki/Endometritis diunduh pada tanggal 02 oktober 2013

0 komentar:

Posting Komentar

 

♥... Firly's Blog... ♥ | Designed by www.rindastemplates.com | Layout by Digi Scrap Kits | Author by Your Name :)