Nama : Firly Aprilianisari
Kelas : 2C
NIM : 11DB277083
Mata Kuliah : Epidemiologi
Dosen : Tantri Desiani, SST
4 MASALAH EPIDEMIOLOGI
CONTOH KASUS YANG TERJADI DI MASYARAKAT
1. Epidemi
Penyebaran HIV di Bali, Heteroseksual
Geser Jarum Suntik
Kamis, 29 November 2012 - 18:39 wib
Rohmat – Okezone
DENPASAR
- Perkembangan penyebaran virus HIV di Pulau Dewata belakangan mulai ada
pergeseran signifikan dari semula lewat penggunaan jarum suntik kini mulai
banyak kasus ditemukan lewat hubungan heteroseksual.
Berdasar data terakhir data yang
dilansir Yayasan Spirit Paramacitta, lembaga pendampingan orang dengan HIV/AIDS
(Odha) di Bali, hingga September tercatat 6.700 orang terinveksi HIV/AIDS.
"Sebagian besar kasus kini
didominasi karena hubungan heteroseksual yang menyebabkan peningkatan kasus
pada ibu dan anak," ujar Direktur Yayasan Paramacitta Ni Putu Utami Dewi
dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/11/2012).
Padahal, sebelumnya di Bali penyebaran
kasus HIV banyak didominasi dari pengguna jarum suntik. Hasil proyeksi tahun
2010-2014 secara nasional menunjukkan peningkatan jumlah ODHA pada perempuan
dari 19 persen pada 2008 dan diperkirakan meningkat menjadi 28 persen pada
2014.
Untuk itulah dalam kaitan Hari AIDS
sedunia (HAS) yang jatuh pada tanggal 1 Desember, berbagai organisasi pemerhati
HIV diperingati untuk menumbuhkan kesadaran terhadap epidemi HIV di seluruh
dunia.
HIV dan AIDS di Indonesia kata dia sudah
menjadi perhatian penuh pemerintah karena bertambahnya jumlah orang yang
terinfeksi dari berbagai risiko seperti seksual, jarum suntik, dan penularan
dari ibu HIV pada anak yang dikandungnya.
"Tingginya stigma dan diskriminasi
juga menambah rumit permasalahan yang seharusnya menjadi tanggungjawab kita
semua bersama pemerintah," kata Utami.
Kali ini aksi mereka mengusung
tema Lindungi Perempuan dan Anak dari HIV dan AIDS. Tema ini dipilih
karena data menunjukkan bahwa risiko penularan tidak hanya terbatas pada
populasi yang berisiko tinggi namun juga dapat menular pada pasangan atau bahkan
anak.(ful)
2. Pandemi
Flu Babi Tewaskan Hampir 16 Ribu Orang
Minggu, 21 Februari 2010 - 10:07 wib
Fajar Nugraha – Okezone
JENEWA
- Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan angka kematian akibat flu babi di
seluruh dunia sudah mendekati angka 16 ribu jiwa.
"Sejak pertama kali ditemukan
pada 2009 hingga 14 Februari 2010, lebih dari 212 negara telah melaporkan
epidemi flu H1N1. Laporan ini termasuk korban tewas akibat H1N1 yang mencapai
15,921 orang," demikian isi pernyataan WHO yang dikutip AFP, Minggu
(21/2/2010).
Angka kematian tersebut dicatat
sejak virus H1N1 pertama kali ditemukan di Meksiko dan Amerika Serikat, pada
April 2009. Sejak saat itu korban akibat virus mematikan ini sudah berkembang
629 kali.
Beberapa negara di Afrika Barat terus
mencatatkan penambahan korban. Namun WHO menyimpulkan jika tidak ada cukup
bukti jika kasus flu babi di Afrika Barat menyebar luas di wilayah pedalaman.
"Di wilayah bertemperatur tinggi
seperti wilayah utara bumi, secara keseluruhan pandemi flu mematikan ini,
menurun. Hal itu juga terjadi di beberapa negara yang menjadi wilayah kantong
pandemi tersebut," ungkap WHO. (faj) (rhs)
3. Sporadic
YOGYAKARTA - Selain flu babi yang saat ini tengah menjalar ke berbagai dunia,
penyakit hepatitis A dinilai juga sangat berpotensi merebak bahkan menjadi KLB
(Kejadian Luar Biasa).
Menurut Prof dr Hari Kusnanto, DrPH, peneliti hepatitis A dari UGM,
bahwa hepatitis A dapat merebak sebagai KLB tidak hanya di negara berkembang,
namun juga di negara maju khususnya menyerang golongan dewasa muda.
"Dengan adanya perbaikan sanitasi lingkungan membuat penduduk
golongan dewasa muda menjadi rentan sehingga frekuensi terjadi KLB cenderung
meningkat," ujar Hari dalam diskusi edukasi media mengenai pencegahan
Hepatitis A di Sheraton Hotel Yogyakarta, Selasa (14/7/2009).
Hari Kusnanto mengatakan contoh kasus KLB terjadi di Yogyakarta tahun
2008 lalu dimana terjadi lonjakan kasus hepatitis A. Dari catatan Dinas
Kesehatan Provinsi DIY tahun 2008, imbuh Hari, di bulan Mei dijumpai 63 kasus,
hingga yang tertinggi pada bulan Agustus 2008 sebanyak 465 kasus. Sementara
untuk distribusi penderitanya terbanyak ditemui pada kelompok usia 16-25 tahun
yakni 132 kasus, kemudian usia 26-45 tahun sebanyak 79 kasus.
"Dari hasil itu juga diketahui bahwa 45 persen kasus terjadi pada
mahasiswa dan 16 persen serta 11 persen kasus menimpa pegawai swasta dan
wiraswasta," terangnya.
Sementara itu Kepala Subdivisi Gastronepatologi, dr M Juffrie, SpA(K),
PhD, menambahkan hepatitis A sebenarnya dapat dicegah dengan perbaikan
kebersihan sanitasi lingkungan dan melakukan pola hidup bersih dan sehat.
Vaksinasi hepatitis A kini terdiri atas 2 jenis yaitu untuk dewasa dan
anak-anak.
"Vaksin hepatitis A merupakan cara pencegahan yang paling efektif
dalam menurunkan kasus hepatitis A, seperti pada kasus KLB hepatitis A di
Alaska dan Slovakia," kata Juffrie.
Seperti diketahui Indonesia merupakan daerah endemis hepatitis A. Sulit
untuk mengetahui insiden pasti hepatitis A, karena pada sebagian kasus penyakit
tersebut tidak menunjukkan gejala (asimtomatis), terutama pada anak usia di
bawah 6 tahun. Hepatitis A adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan
virus hepatitis A (VHA). Transmisi VHA terjadi melalui penularan fekal oral
dalam penularan antarindividu dan penularan melalui makanan dan minuman yang
tercemar. (Satria Nugraha/Trijaya/mbs)
4.
Endemi
Semarang
Daerah Endemi Demam Berdarah
Senin,
4 Januari 2010 | 13:28 WIB
SEMARANG,
KOMPAS.com – Kota Semarang hingga saat ini masih
menjadi daerah endemis demam berdarah, meskipun jumlah kasus penderita penyakit
itu mengalami penurunan. “Dari tahun ke tahun, angkanya selalu ada,” kata
Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Semarang, Tatik Suyarti, di sela
Pembukaan Masa Sidang I Tahun 2010 DPRD Kota Semarang, di Semarang, Senin.
Ia mengatakan, selama Tahun 2009 terdapat sekitar 3.500 kasus dengan
korban meninggal dunia sebanyak 44 orang. Angka tersebut, katanya, relatif
jauh menurun jika dibanding tahun 2008 yang mencapai sekitar 5.000 kasus.
“Daerah yang endemis tinggi penyakit demam berdarah terdapat di
Semarang Tengah dan Tembalang,” katanya.
Ia
menyatakan meminta masyarakat memutus mata rantai penyebab penyebaran penyakit
berbahaya tersebut. Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus yang ada
dalam nyamuk.
“Nyamuk bisa diputus rantai perkembangannya dengan cara pemberantasan
sarang nyamuk (PSN), ditambah lagi dengan abate, pemeliharaan ikan, penggunaan
kelambu, dan obat nyamuk. Terutama untuk mereka yang memiliki anak-anak, jangan
sampai ada baju di gantungan agar tidak menjadi sarang nyamuk,” katanya.
Masyarakat
yang sudah terkena penyakit demam berdarah, katanya, secepatnya dibawa ke
tempat pengobatan agar secepatnya ditangani. “Demam berdarah termasuk penyakit
yang berbahaya karena penderitanya akan mudah kehilangan cairan dalam tubuh,
sehingga harus secepatnya ditangani,” katanya.
Ia
mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai biaya pengobatan karena
mereka yang tidak mampu sudah tertampung dalam Program Jaminan Kesehatan
Masyarakat.
Analisi kasus
Peran epidemiologi dalam kasus ini yakni epidemiologi mampu
menganalisis seberapa besar kasus yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Sekitar 3.500 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 44 orang pada tahun
2009 sedangkan tahun 2008 yang mencapai sekitar 5000 kasus. Pada kasus ini para
ahli epidemiologi mampu melakukan langkah-langkah pencegahan maupun
penanggulangan wabah.
Penanggulangan wabah dilakukan dengan cara membawa penderita ke rumah
sakit atau puskesmas utnuk mendapat pertolongan secara kuratif sedangkan
lingkungan yang diduga menjadi tempat berkembangnya penyakit dilakukan
penanganan lebih lanjut.
Penanganan
dilakukan dengan melakukan penyelidikan dari mana si korban mendapat virus
Demam Berdarah tersebut, dari lingkungan tempat dia tinggal atau di daerah lain
yang selama beberapa hari terakhir penderita kunjungi. Ada dugaan, tempat lain
dilihat dari masa inkubasi virus di dalam tubuhnya sehingga meyebabkan
penyakit.
Dengan hasil penyelidikan yang didapat, dilakukan pencegahan-pencegahan
lain untuk memutus rantai penularan missal dengan cara pemberantasan sarang
nyamuk (PSN), ditambah lagi dengan abate, pemeliharaan ikan, penggunaan
kelambu, dan obat nyamuk. Terutama untuk mereka yang memiliki anak-anak, jangan
sampai ada baju di gantungan agar tidak menjadi sarang nyamuk. Kemudian
dilanjutkan dengan memodifikasi lingkungan, melakukan 3m, melakukan fogging dan
lain sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar