Senin, 21 Oktober 2013

MASALAH EPIDEMIOLOGI

Nama                  : Firly Aprilianisari
Kelas                  : 2C
NIM                   : 11DB277083
Mata Kuliah       : Epidemiologi
Dosen                 : Tantri Desiani, SST

4 MASALAH EPIDEMIOLOGI
CONTOH KASUS YANG TERJADI DI MASYARAKAT

1.      Epidemi
Penyebaran HIV di Bali, Heteroseksual Geser Jarum Suntik
Kamis, 29 November 2012 - 18:39 wib
Rohmat – Okezone
DENPASAR - Perkembangan penyebaran virus HIV di Pulau Dewata belakangan mulai ada pergeseran signifikan dari semula lewat penggunaan jarum suntik kini mulai banyak kasus ditemukan lewat hubungan heteroseksual.
Berdasar data terakhir data yang dilansir Yayasan Spirit Paramacitta, lembaga pendampingan orang dengan HIV/AIDS (Odha) di Bali, hingga September tercatat 6.700 orang terinveksi HIV/AIDS.
"Sebagian besar kasus kini didominasi karena hubungan heteroseksual yang menyebabkan peningkatan kasus pada ibu dan anak," ujar Direktur Yayasan Paramacitta Ni Putu Utami Dewi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/11/2012).
Padahal, sebelumnya di Bali penyebaran kasus HIV banyak didominasi dari pengguna jarum suntik. Hasil proyeksi tahun 2010-2014 secara nasional menunjukkan peningkatan jumlah ODHA pada perempuan dari 19 persen pada 2008 dan diperkirakan meningkat menjadi 28 persen pada 2014.
Untuk itulah dalam kaitan Hari AIDS sedunia (HAS) yang jatuh pada tanggal 1 Desember, berbagai organisasi pemerhati HIV diperingati untuk menumbuhkan kesadaran terhadap epidemi HIV di seluruh dunia.
HIV dan AIDS di Indonesia kata dia sudah menjadi perhatian penuh pemerintah karena bertambahnya jumlah orang yang terinfeksi dari berbagai risiko seperti seksual, jarum suntik, dan penularan dari ibu HIV pada anak yang dikandungnya.
"Tingginya stigma dan diskriminasi juga menambah rumit permasalahan yang seharusnya menjadi tanggungjawab kita semua bersama pemerintah," kata Utami.
Kali ini aksi  mereka mengusung tema  Lindungi Perempuan dan Anak dari HIV dan AIDS. Tema ini dipilih karena data menunjukkan bahwa risiko penularan tidak hanya terbatas pada populasi yang berisiko tinggi namun juga dapat menular pada pasangan atau bahkan anak.(ful)

2.   Pandemi
Flu Babi Tewaskan Hampir 16 Ribu Orang
Minggu, 21 Februari 2010 - 10:07 wib
Fajar Nugraha – Okezone
JENEWA - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan angka kematian akibat flu babi di seluruh dunia sudah mendekati angka 16 ribu jiwa.
        "Sejak pertama kali ditemukan pada 2009 hingga 14 Februari 2010, lebih dari 212 negara telah melaporkan epidemi flu H1N1. Laporan ini termasuk korban tewas akibat H1N1 yang mencapai 15,921 orang," demikian isi pernyataan WHO yang dikutip AFP, Minggu (21/2/2010).
        Angka kematian tersebut dicatat sejak virus H1N1 pertama kali ditemukan di Meksiko dan Amerika Serikat, pada April 2009. Sejak saat itu korban akibat virus mematikan ini sudah berkembang 629 kali.
Beberapa negara di Afrika Barat terus mencatatkan penambahan korban. Namun WHO menyimpulkan jika tidak ada cukup bukti jika kasus flu babi di Afrika Barat menyebar luas di wilayah pedalaman.
"Di wilayah bertemperatur tinggi seperti wilayah utara bumi, secara keseluruhan pandemi flu mematikan ini, menurun. Hal itu juga terjadi di beberapa negara yang menjadi wilayah kantong pandemi tersebut," ungkap WHO. (faj) (rhs)

3.      Sporadic
YOGYAKARTA - Selain flu babi yang saat ini tengah menjalar ke berbagai dunia, penyakit hepatitis A dinilai juga sangat berpotensi merebak bahkan menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa).
Menurut Prof dr Hari Kusnanto, DrPH, peneliti hepatitis A dari UGM, bahwa hepatitis A dapat merebak sebagai KLB tidak hanya di negara berkembang, namun juga di negara maju khususnya menyerang golongan dewasa muda.
"Dengan adanya perbaikan sanitasi lingkungan membuat penduduk golongan dewasa muda menjadi rentan sehingga frekuensi terjadi KLB cenderung meningkat," ujar Hari dalam diskusi edukasi media mengenai pencegahan Hepatitis A di Sheraton Hotel Yogyakarta, Selasa (14/7/2009).
Hari Kusnanto mengatakan contoh kasus KLB terjadi di Yogyakarta tahun 2008 lalu dimana terjadi lonjakan kasus hepatitis A. Dari catatan Dinas Kesehatan Provinsi DIY tahun 2008, imbuh Hari, di bulan Mei dijumpai 63 kasus, hingga yang tertinggi pada bulan Agustus 2008 sebanyak 465 kasus. Sementara untuk distribusi penderitanya terbanyak ditemui pada kelompok usia 16-25 tahun yakni 132 kasus, kemudian usia 26-45 tahun sebanyak 79 kasus.
"Dari hasil itu juga diketahui bahwa 45 persen kasus terjadi pada mahasiswa dan 16 persen serta 11 persen kasus menimpa pegawai swasta dan wiraswasta," terangnya.
Sementara itu Kepala Subdivisi Gastronepatologi, dr M Juffrie, SpA(K), PhD, menambahkan hepatitis A sebenarnya dapat dicegah dengan perbaikan kebersihan sanitasi lingkungan dan melakukan pola hidup bersih dan sehat. Vaksinasi hepatitis A kini terdiri atas 2 jenis yaitu untuk dewasa dan anak-anak.
"Vaksin hepatitis A merupakan cara pencegahan yang paling efektif dalam menurunkan kasus hepatitis A, seperti pada kasus KLB hepatitis A di Alaska dan Slovakia," kata Juffrie.
Seperti diketahui Indonesia merupakan daerah endemis hepatitis A. Sulit untuk mengetahui insiden pasti hepatitis A, karena pada sebagian kasus penyakit tersebut tidak menunjukkan gejala (asimtomatis), terutama pada anak usia di bawah 6 tahun. Hepatitis A adalah penyakit peradangan hati yang disebabkan virus hepatitis A (VHA). Transmisi VHA terjadi melalui penularan fekal oral dalam penularan antarindividu dan penularan melalui makanan dan minuman yang tercemar. (Satria Nugraha/Trijaya/mbs)

4.   Endemi
Semarang Daerah Endemi Demam Berdarah
Senin, 4 Januari 2010 | 13:28 WIB
SEMARANG, KOMPAS.com – Kota Semarang hingga saat ini masih menjadi daerah endemis demam berdarah, meskipun jumlah kasus penderita penyakit itu mengalami penurunan. “Dari tahun ke tahun, angkanya selalu ada,” kata Kepala Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Semarang, Tatik Suyarti, di sela Pembukaan Masa Sidang I Tahun 2010 DPRD Kota Semarang, di Semarang, Senin.
Ia mengatakan, selama Tahun 2009 terdapat sekitar 3.500 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 44 orang. Angka tersebut, katanya, relatif  jauh menurun jika dibanding tahun 2008 yang mencapai sekitar 5.000 kasus.
“Daerah yang endemis tinggi penyakit demam berdarah terdapat di Semarang Tengah dan Tembalang,” katanya.
Ia menyatakan meminta masyarakat memutus mata rantai penyebab penyebaran penyakit berbahaya tersebut. Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus yang ada dalam nyamuk.
“Nyamuk bisa diputus rantai perkembangannya dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN), ditambah lagi dengan abate, pemeliharaan ikan, penggunaan kelambu, dan obat nyamuk. Terutama untuk mereka yang memiliki anak-anak, jangan sampai ada baju di gantungan agar tidak menjadi sarang nyamuk,” katanya.
Masyarakat yang sudah terkena penyakit demam berdarah, katanya, secepatnya dibawa ke tempat pengobatan agar secepatnya ditangani. “Demam berdarah termasuk penyakit yang berbahaya karena penderitanya akan mudah kehilangan cairan dalam tubuh, sehingga harus secepatnya ditangani,” katanya.
Ia mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir mengenai biaya pengobatan karena mereka yang tidak mampu sudah tertampung dalam Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.
Analisi kasus
Peran epidemiologi dalam kasus ini yakni epidemiologi mampu menganalisis seberapa besar kasus yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Sekitar 3.500 kasus dengan korban meninggal dunia sebanyak 44 orang pada tahun 2009 sedangkan tahun 2008 yang mencapai sekitar 5000 kasus. Pada kasus ini para ahli epidemiologi mampu melakukan langkah-langkah pencegahan maupun penanggulangan wabah.
Penanggulangan wabah dilakukan dengan cara membawa penderita ke rumah sakit atau puskesmas utnuk mendapat pertolongan secara kuratif sedangkan lingkungan yang diduga menjadi tempat berkembangnya penyakit dilakukan penanganan lebih lanjut.
Penanganan dilakukan dengan melakukan penyelidikan dari mana si korban mendapat virus Demam Berdarah tersebut, dari lingkungan tempat dia tinggal atau di daerah lain yang selama beberapa hari terakhir penderita kunjungi. Ada dugaan, tempat lain dilihat dari masa inkubasi virus di dalam tubuhnya sehingga meyebabkan penyakit.
Dengan hasil penyelidikan yang didapat, dilakukan pencegahan-pencegahan lain untuk memutus rantai penularan missal dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN), ditambah lagi dengan abate, pemeliharaan ikan, penggunaan kelambu, dan obat nyamuk. Terutama untuk mereka yang memiliki anak-anak, jangan sampai ada baju di gantungan agar tidak menjadi sarang nyamuk. Kemudian dilanjutkan dengan memodifikasi lingkungan, melakukan 3m, melakukan fogging dan lain sebagainya.


0 komentar:

Posting Komentar

 

♥... Firly's Blog... ♥ | Designed by www.rindastemplates.com | Layout by Digi Scrap Kits | Author by Your Name :)